Pages

Subscribe:

Kamis, 29 April 2010

Goresan Pena dari Penghobi “Baca-Tulis” Salafiyah

OSMAS, kita semua tahu itu adalah nama salah satu organisasi besar yang ada di pesantren ini. Karena itu, orang-orang di dalamnya bukanlah orang sembarangan. Mereka adalah orang terpilih dan terlatih dibidang keorganisasian. Dengan bakat yang bermacam-macam, mereka bersatu, bersama memajukan dan menjadikan santri salafiyah lebih kreatif. Tak lupa, ketulusan hati dan segenap perngorbanan tergenggam erat di tangan mereka.

Bertahun-tahun organisasi ini berdiri. Sejauh itu pula berbagai sejarah, baik pahit maupun manis tertoreh di dalamnya. Berbagai macam trofi dalam berbagai ajang tingkat kota hingga nasional terpampang di kantornya. Sebagai bukti sejarah-sejarah manis pernah dilaluinya. Walau tak jarang beberapa ujian yang menghadang membuat jalan mereka tersendat.

Goresan Pena dari Penghobi “Baca-Tulis” Salafiyah

OSMAS, kita semua tahu itu adalah nama salah satu organisasi besar yang ada di pesantren ini. Karena itu, orang-orang di dalamnya bukanlah orang sembarangan. Mereka adalah orang terpilih dan terlatih dibidang keorganisasian. Dengan bakat yang bermacam-macam, mereka bersatu, bersama memajukan dan menjadikan santri salafiyah lebih kreatif. Tak lupa, ketulusan hati dan segenap perngorbanan tergenggam erat di tangan mereka.

Bertahun-tahun organisasi ini berdiri. Sejauh itu pula berbagai sejarah, baik pahit maupun manis tertoreh di dalamnya. Berbagai macam trofi dalam berbagai ajang tingkat kota hingga nasional terpampang di kantornya. Sebagai bukti sejarah-sejarah manis pernah dilaluinya. Walau tak jarang beberapa ujian yang menghadang membuat jalan mereka tersendat.

Kamis, 15 April 2010

Tidak Mau ! Bukan Tidak Mampu !

“Jangan meremehkan kemampuan yang ada pada diri sendiri !”. Itulah kata-kata yang harus kita resapi bersama. Yang harus kita kaitkan dengan keadaan yang saat ini sering menimpa kita.
Contohnya, sering kali ketika ada acara, baik bersifat ma’hady atau madrasy. Ketika kita di tunjuk untuk berpidato, misalnya. Pasti yang terjadi, “tidak mau !!”. Dan berusaha melemparnya kepada yang lain. Kalau sudah begitu, maka, tunjuk menunjuk pun tak akan bisa terelakkan. Mengapa itu bisa terjadi ?. Tidak ada yang bisa menjawabnya kecuali kita sendiri sendiri.

Pengurus Kita Sayang, Pengurus Kita Malang





“peraturan yang sehat yang kami mau
tegakkan hukum setegak-tegaknya
adil dan tegas tak pandang bulu
pasti ku angkat engkau
menjadi manusia setengah dewa”

kalimat di atas ini adalah penggalan dari sya’ir lagu manusia setengah dewa ciptaan Iwan Fals. Memang Iwan Fals adalah, sosok seorang musisi yang jago mengolah apresasi dari masyarakat, yang telah dibuat kecewa oleh para Wakil Rakyat.
Terkadang semua pekerjaan yang berurusan dengan menegakkan hukum untuk rakyat, malah menjadi musuh rakyat. Seperti contoh polisi dengan masyarakat sendiri, tak ubahnya seperti Tom and Jerry. Yang sering berkejar-kejaran. Jika kita teliti masalah yang seperti ini. Maka, tidak akan ada habis-habisnya. Lalu bagaimana jika di pondok pesantren. Apakah juga seperti itu?

“Pengurus !?, ogah ah !. itulah yang selalu dipaparkan oleh para teman-teman kita, ketika mendengar nama salah satu pengurus keamanan pondok, atau lebih terkenalnya KAMTIB, yang di “benci” nya. sebenarnya dari sisi mana, atau menilai dari mana mereka “benci” atau meng ”nggrundel” salah satu dari KAMTIB yang mengaturnya. Padahal yang di lakukan petugas tersebut benar loh!
Mengapa mereka, terutama yang sangat gemar “melanggar” sangat membenci KAMTIB ?. jika kita fikir lebih jauh lagi. Apakah ada yang salah dengan para petugas keamanan, sehingga mereka dijauhi oleh teman-teman yang pernah akrab dengannya sebelum menjadi pengurus?. Padahal mereka menjalankan “tugas” atau kewajiban mereka?. Coba bayangkan, kalau saja mungkin Pesantren kita tidak ada semacam petugas keamanan? Apa jadinyapesantren ini?. Wal hasil adalah, Hidup tak karuan tanpa ada peraturan itulah yang akan kita dapatkan. Bukankah Kita hidup harus ada aturan?.
Coba pikirkan siapa yang menjaga dan menyuruh kamu tidur lebih awal agar tidak bangun kesiangan? Dan siapa juga yang membangunkan kita ketika telat?!! Atau mungkin sampai kamu “tak terdeksi” (tidur sembunyi) oleh temanmu, karena kamu tidur di tempat yang gelap misalnya. Siapa yang rela ronda malam untuk menggantikan giliran kamar ketika Live Liga Champion?. Mereka juga kan? Padahal jaga malam itu membutuhkan “ongkos” juga, untuk beli kopi di Pak Umar atau Pak Kholil. Lalu di pagi buta kembali “mengontrol” para Santri yang mungkin tetap “mokong”.
Seharusnya para KAMTIB tersebut sangat berjasa dan pantas untuk mendapatkan aplous dari kita. Buat kamu yang tertangkap basah dan terkena “Takzir”, tidak keluar satu bulan misalnya? Jadi kita kan jadi mengurangi aktifitas kita di luar pesantren. Uang irit dan mungkin akan “kapok” untuk mengulanginya lagi.
Tulisan ini ditulis setelah penulis melakukan penilitian dan mengerok info dari beberapa anak, yang mungkin shock, “benci” pada KAMTIB.
“Lah wong KAMTIB sendiri melanggar?” itulah jawaban mereka setiap mereka “nge-gosip” para KAMTIB. Juga ada salah satu yang ketika ditanya, mengapa “benci” sama pengurus? “suka ngatur-ngatur tapi dia sendiri juga melanggar” jawabnya dengan datar.
Harusnya kita sadar dong !. bahwa peran mereka itu sangat penting untuk kepentingan kita juga. Positive Thinking lah pada mereka, bahwa yang dilakukan itu untuk kebaikan bersama. Bukan malah “Negatife Thingking” tentang mereka. Bahkan penulis juga pernah dengar keterangan salah satu Ustadz, bahwa kita tidak boleh “Ngerasani” pengurus atau lebih tepatnya KAMTIB.
Kalau soal yang sedang rame nih, pengurus juga “melanggar”. sebaiknya mungkin tidak “menirunya”. Biar mereka lah yang melanggar, mereka yang kuwalat, ngapain ikutan. Harusnya itu yang kita pikir dan direnungkan. Karena mungkin kalau kita “Ngandani” mereka yang gituan-kehabisan kata-kata nih- bukan terima kasih yang kita dapat, melainkan mungkin ejekan “metuek !”.
Bukan bermaksud menyudutkan siapa pun, penulis menulis opini di atas, hanya sekedar untuk menumpahkan unek-unek tentang pikiran yang selama ini penulis mendengar dengan tidak sengaja percakapan diantara gerombolan para Santri. Dan untuk “pengurus juga melanggar juga” memang penulis mungkin gak ada bukti. Tapi apa yang saya tulis ini atas “perkataan” mereka yang mungkin pernah “memergoki” salah satu petugas keamanan yang sedang “melanggar”.
Inilah saatnya pengurus mengembalikan citranya kembali di mata santri. dan ingat! Kita setiap minggu diingatkan oleh mulut kita sendiri ketika membaca burdah karangan imam busyiri استغفرالله من قول بلا عمل"”… wallohua’lam. (Dok, 06-05-09)

Hancurkan dan Segera Mulailah !

Siapapun yang gamang alias ragu-ragu ketika hendak mencoretkan sesuatu di kertas (nulis maksudnya), sebenarnya orang tersebut sedang terkurung dalam ruangan bertembok. Apesnya lagi, tembok yang mengurungnya tersebut besar nan tinggi. Sangat tidak mungkin untuk dipanjat. Apa lagi dilompati. Lalu, tak ada jalan keluar lain kalau ingin bebas darinya kalau tidak menghancurkan dan menyingkirkannya.

Namun, gambaran tembok di atas bukanlah menjelaskan keadaan penjara bertembok di benteng-benteng peninggalan belanda. Juga bukan gambaran keadaan LP Cipinang, tempat para Nara Pidana menjalani hukumannya. Tembok-tembok itu sebenarnya gambaran kegamangan demi kegamangan yang timbul di hati kita. Joni L Efendi, dalam bukunya “Writing Donut’s”, yang diternitkan oleh Buku Biru 2009, menerangkan tembok-tembok tersebut terdiri atas enam hal pokok permasalahan.