Gerakan Seribu Wudlu', kenapa tidak?

Pada tau kan, sponsor atau iklan berdurasi singkat yang diperakasai oleh salah satu operator selular, XL. Yakni, Sejuta mawar untuk marwan. Ya, dalam kisah singkat dalam iklan diceritakan si Marwan yang jatuh hati pada Mawar, berusaha untuk meminang lewat orang tuanya. Namun, untuk menyetujui hubungan keduanya, si Ayah Mawar menyaratkan kepada Marwan agar membawa Sejuta mawar.

Rekan Marwan yang melihat lemas dirinya setelah 'kejatuhan' syarat dari Ayah Mawar yang bagi Marwan terbilang sulit, mencoba 'bertindak'. Lewat jejaring sosial Facebok, dia mengajak para teman-temannya di seluruh pelosok negeri untuk mengumpulkan Mawar. "Bantu yuk. Sejuta mawar untuk Marwan". Dan para teman-temannya pun merespon dengan baik dan membawa 'pasukan' pembawa Sejuta mawar. Walhasil, cinta Marwan diterima dan direstui orang tua Mawar.

Terlepas dari masalah di atas,  pernahkah saudara-saudari ku sesama muslim berfikir untuk menciptakan suatu gerakan "SERIBU WUDLU"? Yaitu, seiring dengan banyaknya masjid dan mushollah-mushollah yang tersebar di seluruh negeri, kita mengajak para kaum muslimin bergerak untuk menyalurkan amal jariyah 1000 Rupiah. Kenapa harus wudlu'? Ya, lumrahnya, setiap orang masuk ke masjid dan hendak melaksanakan sholat berjama'ah, tentunya mereka wudlu' terlebih dahulu. Nah, langkahnya dengan kesadaran masing-masing, setiap habis wudlu' di masjid atau mushollah manapun kita sumbangkan atau amalkan Seribu perak untuk kemaslahatan masjid atau mushollah tersebut.

Tujuannya? Tidak lain adalah agar para ta'mir-ta'mir yang sebagian mengais sumbangan di jalan-jalan maupun yang keliling dari rumah ke rumah tak lagi kita jumpai. Kalau hal ini benar-benar terealisasi, niscaya masji-masjid akan makmur. Bisa dibayangkan bila dalam satu masjid yang wudlu' 20 orang, kalikan 5 waktu, para ta'mir pun tak perlu pusing untuk membayar tagihan listrik dan air. Kita, sebagai penyalur amal paling tidak mendapat 'celengan' atau tabungan jariyyah untuk sangu ke akhirat. So, gerakan 1000 wudlu', kenapa tidak?