Pages

Subscribe:

Senin, 19 Maret 2012

Kiat Menuai Keberhasilan

            Hidup di era modernisasi seperti saat ini, kita sebagai manusia selalu dituntut untuk hidup lebih maju. Semua orang dituntut untuk lebih pintar dalam menyikapi hidup. Tak ayal jika semua orang berlomba- lomba untuk mengejar kepuasan yang Ia dambakan. Namun, dari sini kita masih akan disuguhi kembali dengan dua kemungkinan. Apakah jerih payah yang kita kerjakan akan membuahkan hasil atau malah membuahkan sebuah kerugian.
            Misalkan, ada seseorang yang pintar hendak mengawali karir bisnis dalam hidupnya. Sudah jadi barang tentu orang ini akan memikir, menimbang dan menela’ah antara baik dan buruknya pekerjaan tersebut, untung dan ruginya bahkan resiko yang akan Ia hadapi ketika menjalankan pekerjaan yang Ia geluti. Setelah pemikiran telah matang dan prospektif kedepan telah jelas.
Ada lagi seseorang yang telah sukses dalam berbisnis menawarinya kerja sama, dengan cara orang yang telah sukses memperkerjakan orang yang pintar tersebut dan membayarnya.


            Sepintas orang yang pintar ini berfikir “Jika saya ikut orang ini, maka sedikit kemungkinan saya akan menanggung resiko, nantinya bayaran saya juga tinggi, dan jika rugi saya tidak ikut menanggung kerugian.” Ketika ada pemikiran demikian. Maka kemungkinan terbesar yang akan terjadi oleh orang pintar tersebut adalah; Ia mulai ragu atas apa yang Ia rencanakan untuk membangun bisnisnya sendiri. Dan tidak menutup kemungkinan orang yang pintar ini lebih condong untuk ingin bekerja dengan orang yang telah sukses tersebut.
            Hal yang seperti ini mungkin sudah banyak terjadi dilingkungan kita, bahkan kita sendiri pun kebanyakan berfikir demikian. Padahal, Islam adalah agama yang mengajarkan hidup secara kaffah ini telah mengajarkan, agar kita sebagai umat muslim yang baik selalu bersemangat dan berkeyakinan lebih positif dari apa yang kita lakukan.
            Ada ideologi yang mengatakan : “Setiap orang pasti berhasil!” ideologi ini memang benar sekali. Setiap orang akan mencapai keberhasilannya, tidak ada orang yang tidak berhasil dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Namun ada dua keberhasilan yang mungkin sangat menakutkan atau tidak ada satu orang pun dari kita yang mau untuk mendapatkan keberhasilan tersebut. Yakni yang pertama adalah berhasil dalam menunjukkan caranya yang gagal, dan yang kedua adalah berhasil untuk menggagalkan dirinya sendiri, sungguh sangat ironis sekali. Dua keberhasilan yang sangat menyeramkan tersebut dapat hinggap dengan mudah dalam kehidupan kita, apabila kita tidak berhati-hati dalam bertindak.
Bukankah ini sangat membingungkan sekali? Ketika tadi kita disuruh untuk lebih extra dalam berkeyakinan positif, di sisi lain kita disuruh untuk lebih jeli dan berhati-hati dalam menjalankan segala sesuatu yang kita kerjakan. Lalu kita harus memilih yang mana? 
Di sini Islam dengan murahnya menawarkan satu sistem yang hasilnya akan sangat signifikan jika kita dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hadits Qudsy-Nya Allah berfirman :
"انا عند ظن عبدى بي"
“Aku (Allah) menurut persangkaan hambaku”
Dalam Hadits Qudsy ini, secara transparan Allah dengan sifat Rahman-Nya mengungkapkan bagaimana Allah berbelas kasih kepada hamba-Nya. Allah menyuruh kita untuk selalu berprasangka baik kepada-Nya. Dalam artian berprasangkalah baik kepada Allah, maka Allah akan menurut prasangka kita, jika kita belum apa-apa sudah berprasangka buruk kepada Allah, maka konsekwensinya adalah; Allah juga demikian kepada kita. Tidak berhenti di situ, di dalam al-Qur’an Allah juga berfirman :
إن الله لا يغيرما بقوم حتى يغير ما بأنفسهم
            “sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga kaum tersebut merubah keadaan dengan dirinya sendiri.”
Dari ayat tersebut sudah jelas sekali bahwa semua orang itu dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin. Memang, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Dengan mudah Allah bisa saja memberikan keberhasilan kepada seseorang yang hanya berdiam diri. Namun, berusaha adalah suatu kewajiban bagi hamba secara individu. Kita tidak bisa seenaknya menggantungkan diri begitu saja tanpa adanya usaha.
            Nah, para pembaca yang dirahmati oleh Allah. Melihat keterangan di atas, kita dapat mengambil dua poin utama yang menjadi kunci untuk menuju keberhasilan. Orang yang ingin berhasil hendaklah membenahi prasangkanya terlebih dahulu. Misalkan jika kita ingin berbisnis, maka janganlah kita berprasangka buruk terlebih dahulu dengan kata-kata “Iya kalau sukses, kalau gagal? Kalau rugi?” jika kita memulainya dengan prasangka seperti itu, maka yang ada selamanya kita tidak akan jadi melakukan apa yang kita inginkan. Mulailah segala sesuatu dengan “Basmallah”.
            Setelah prasangka kita sudah baik, maka lakukan apa yang kita inginkan dengan berusaha semaksimal mungkin. Karena tanpa adanya usaha yang maksimal keberhasilan akan semakin menjauh dari diri kita. “Jangan mencoba untuk menyerah, dan jangan menyerah untuk mencoba”.
Bukan kesulitan yang menyebabkan kita takut, tetapi ketakutan itu sendirilah yang menyebabkan kita merasa kesulitan. Maka dari itu jangan takut untuk mencoba dan terus mencoba. Karena, “seseorang yang berusaha, namun Ia gagal. Itu lebih baik daripada orang yang belum pernah mencoba dan belum gagal sama sekali”. Ingat ! “kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda !!!”.
Kemudian langkah terakhir, setelah melakukan berbagai ikhtiyar, maka pasrahkan semua kepada Allah SWT. Karena segigih apa pun kita berusaha, namun jika bertolak belakang dengan takdir Allah kepada kita, maka semuanya akan sia-sia. Dan tentunya berdo’a adalah hal utama yang akan menunjang segala aktivitas kita. Wallahu a’lam bis shawaab...

0 komentar:

Posting Komentar

Kalau anda ingin Ngasi "Comment" jangan baik atau buruknya sesuatu, tapi kasihlah komentar keduanya.