Pages

Subscribe:

Senin, 19 Maret 2012

Membongsai Pendidikan Dengan Konsep Islam

Oleh; M. Fajar as-Sundawy         
Abstrak: Indonesia adalah Negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, bahkan tebesar di dunia. Namun pernahkah kita berfikir, seberapa luas ajaran Islam yang diajarkan di dalamnya? Baik dalam tatanan kepemerintahan, lebih-lebih dalam masalah pendidikan. Pendidikan yang diberikan kepada anak bangsa orientasinya justru terfokus pada nilai-nilai intelektual, tidak sedikitpun kurikulum yang diterapkan memberi porsi  akan pentingnya nilai spiritual bagi seorang pelajar. Ironisnya, masalah-masalah yang tidak diharapkan bermunculan, seperti : Kasus perkelahian antar pelajar, free sex yang mendominan di kalangan pelajar, dekadensi moral, dan sebagainya.
Jika demikian, perlukah bangsa ini membungkus pendidikan yang ada dengan sendi-sendi ajaran Islam?, mengingat negeri ini adalah negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Apa efek yang ditimbulkan jika konsep pendidikan islam diintergrasikan kedalam pendidikan formal?, dan apakah kita masih berdiri kukuh pada independen kurikulum yang ada, pendidikan formal tetap berjalan sendiri, sedang pendidikan Islam juga demikian?
Peranan pendidikan dalam suatu Negara adalah hal yang paling sentral untuk menentukan keberhasilan negeri tersebut, baik keberhasilan dikancah domestik ataupun internasional. Pendidikan adalah Dirijen dalam pengaturan ekosisitem suatu Negara. Ia juga berperan sebagai motivator keberhasilan Negara tersebut. Tumbuhnya nilai kreatifitas bangsa tak luput dari peran sebuah pendidikan. Baik-buruknya kondisi ekonomi juga tak lepas dari seberapa jauh orang-orang yang menjalankan sistem perekonomian bangsa sesuai dengan sistematik pendidkan yang telah diajarkan dahulu. Munculnya para intelektual muda juga lekat hubungannya dengan penyerapan pendidikan yang diajarkan, baik-buruknya nilai moralitas bangsa juga harus ditanyatakan, apakah pendidikan yang diajarkan sesuai dengan konsep agama dan Negara. Dari sini kita bisa merambah, bahwa pendidikan adalah sebuah “jantung” Negara yang berperan aktif didalamnya. Kendati demikian, apakah pendidikan yang ada sekarang memang betul-betul pas atau sesuai dengan harapan bangsa? Atau justru berbalik arah 480 derajat dari penetapan misi (mission statement) bangsa tersebut?.
Islam sebagai agama yang kaamil atau sempurna dan fleksibel, telah memberikan konsep bagaimana seharusnya pendidikan tersebut sesuai dengan harapan dan dinilai ideal. Nabi Muhammad SAW di samping seorang Rasul, beliau juga berperan sebagai “Bapak Pendidik” yang sukses mengantarkan murid-muridnya sebagai orang-orang intelek yang banyak dikenal dunia. Kiprahnya dalam pendidikan, sistem pendidikan yang diterapkan oleh beliau bersifat konprehensif.
Secara kongkrit, out put pendidikan rasullullah memiliki jati diri, yaitu manusia yang berediologi. Beliau menitik-beratkan pendidikan dalam 3 misi utama, yaitu: Kecerdasan Intelektual, Pembinaan Emosional, dan Pendekatan Spiritual seseorang. Ketiganya dibina dalam satu wadah dan porsi yang seimbang. Metode ini ternyata cukup ampuh dan menunjukkan hasil signifikan. Realita bebicara, jika sebuah pendidikan hanya memprioritaskan pada kualitas intelektual, maka dampaknya pendidikan tersebut bersifat kognitif dan mengabaikan sisi efektif. Sedang pendidikan yang hanya fokus pada pendidikan spiritual, maka ia akan memahami kehidupan tumpang sebelah dan cenderung bersifat diskriminatif pada fenomena-fenomena yang terjadi.
Jujur kita katakan, pendidikan yang terealisasi dibangsa ini lebih mengkedepankan pendidikan intelektual dan mengabaikan pendidikan spiritual. Kurikulum yang ada hanya senang memunculkan para intelektual muda ketimbang para pemuda atau pelajar yang bermoral. Ironisnya, kita bisa melihat bagaimana 47% para pelajar di Kota Bandung sudah tidak lagi perawan, sumber lain mengatakan, di akhir 2008 Kota Pasuruan-Jawa Timur digegerkan dengan video aborsi yang dilakukan oleh pelajar SMA, belum lagi kasus maraknya razia yang  sering dilakukan aparat terhadap para pelajar yang hobi mbolos atau ngelimput pada jam-jam sekolah, razia siswa yang membawa “SETAM” (Senjata Tajam), dan yang tak kalah hebohnya, razia kini diperlebar ke ponsel-ponsel pelajar yang kini mulai santer diisi dengan foto-foto dan video porno dengan durasi waktu yang berbeda-beda, dan lain sebagainya.
Apa yang tercantum diatas adalah satu berita dari satu oknum dengan tipe pelaku yang hampir sama, dan rentetan peristiwanya terjadi dalam kurun waktu yang sangat singkat, apa yang telah disaksikan, bisa kita bayangkan bagaimana bobroknya moralitas pelajar bangsa ini dari tahun ke tahun? Pendidikan yang sejatinya mencetak generasi-generasi yang idealis dan dinamis, kini hanyalah sebuah harapan yang terpaku dalam lamunan. Apa yang salah dan apa yang belum diterapkan kurikulum pendidikan negeri ini, adalah tugas para pengajar dan pemerintah yang mempunyai andil besar dalam mensukseskan suatu pendidikan. Jangan sampai bangsa ini dikotori oleh generasi yang tidak “berpendidikan” serta tak mempunyai etika atau moralitas bahkan norma-norma agama. Ingat! Negeri ini adalah negeri yang penduduknya beragama Islam dengan jumlah terbesar di dunia.
Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang memiliki balance antara pendidikan intelektual, emosional, dan spiritual. Jika diperlebar, pendidikan bukan hanya terfokus kepada yang di didik (murid/pelajar) saja, melainkan contoh baik juga terlebih dahulu dipupuk kepada siapa yang mendidik (guru). Apalah artinya jika konsep yang telah ditata bagus dalam sebuah kurikulum pendidikan, tetapi orang-orang yang menjalankannya memberikan image jelek atau kurang baik pada pendidikan tersebut, dengan kata lain, para pendidik juga harus terdidik dan berusaha menjadi figure baik pada anak didiknya.

0 komentar:

Posting Komentar

Kalau anda ingin Ngasi "Comment" jangan baik atau buruknya sesuatu, tapi kasihlah komentar keduanya.