Pages

Subscribe:

Sabtu, 23 April 2011

"Offroad" di Pantura




Beberapa minggu yang lalu, ane bersama keluarga berlibur ke Tuban. Akses yang kami pilih adalah Pantura, karena memang tak ada lagi selain itu. Dalam benak kami, jalan yang akan di lalui, karena memang Pantura merupakan akses utama, mulus dan nyaman.

Namun, rupanya kami sedikit ketinggalan informasi di media, bahwasannya jalanan di Pantura sedang tak karuan. Di luar dugaan, jalan yang kami lalui, mulai dari Pasuruan hingga Tuban layaknya akses jalan di pedesaan.

Aspal dijalanan tak ubahnya jalan-jalan dekat pegunungan yang penuh lubang dan rusak di sana-sini. Kalau lubangnya kecil sih tak begitu masalah. Namun, lubang yang ada bahkan sampai ada yang seperti membentuk kolam. 

Perjalanan pun tak semulus dugaan. Hanya bisa berjalan “normal” dan ekstra hati-hati menghindari lubang-lubang yang “keleleran”.
Itu jalan separuh barat, lain lagi dengan separuh ke timur. Barusan, sepulang dari kondangan ke teman pesantren yang berada di Nguling, aksesnya lumayan parah. Sesuai banget dengan yang diberitakan di media cetak.

Kalau boleh kami menyebutnya, bukan jalan raya, melainkan akses menuju pedalaman yang ada di lereng gunung. Lubang dan gundukan mewarnai sepanjang jalan pantura di kawasan sana. Laju mobil yang kami tumpangi pun layaknya pembalap Offroad. Goyang dan terpental tak karuan. Kalaupun ada jalan yang mulus, hanya beberapa kilometer saja.

Keadaan demikian pun mengundang sepercik tanggapan dari kawan-kawan se-pesantrenku. “Ini jalan raya atau jalan pedesaan ?” Keluh di antara rekan-rekan. “Ya, kan sekarang faktor cuaca lagi tak karuan. Kan jadi pengaruh sama aspal”, sahut yang lain. “Sebenarnya, bukan faktor cuaca saja yang menyebabkan semua ini. Andai saja duit proyeknya tak di korup, mungkin gak akan berakibat kayak gini”, timpal yang laen.
Mereka saja, yang tak pernah jalan-jalan hingga jauh lantaran sibuk menimba ilmu berani berkomentar seperti itu. Bagaimana masyarakat yang setiap hari berlalu-lalang di jalanan yang sekit-banyak membahayakan tersebut ?

Sekalipun, sekali-dua kali melihat alat berat pembenah jalan banyak parkir di sisi jalan raya, nampaknya efek pengurangan jalan rusak belum bisa terealisasi, atau bahkan belum sama sekali. Buktinya, debu yang membentuk bak asap beterbangan ketika di lewati mobil-mobil. Yang sangat berpengaruh pada pemandangan, lebih-lebih pada malam hari.

Di sini, tanggapan pemerintah sangat ditunggu. Bukan hanya menjalankan proyek pembenahan jalan yang tak lama ini telah berjalan. Tapi, dana yang ada –kalau bisa- jangan kalau bisa –jangan !- di entet (Jawa : Korup). Agar, kasus “JALANAN DIPERBAIKI RUSAK LAGI”. Karena, sejatinya pajak yang ada adalah dari rakyat dan untuk rakyat. Oke ?!

2 komentar:

Kalau anda ingin Ngasi "Comment" jangan baik atau buruknya sesuatu, tapi kasihlah komentar keduanya.